Pages

Minggu, 23 September 2012

Laporan Densitas (PO)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Densitas bervaraiasi keseimbangan antara penguapan dan presipitasi, serta besarnya pencampuran antara air permukaan dan air di kedalaman. Secara umum, perubahan densitas tidak mempengaruhi proporsi relatif ion-ion utama. Konsentrasi ion-ion berubah dalam proporsi yang sama yaitu rasio ioniknya tetap konstan. Dengan pengecualian, terdapat variasi rasio kalsium dan bikarbonat yang relatif kecil karena keterlibatan unsur tersebut dalam proses biologi dengan rasio kalsium dan bikarbonat pada densitas adalah 0,5% dan 10-20% lebih bar dikedalaman dari pada dalam air permukaan (Anugerah 2000 : 32)
Diagram T – S merupakan salah satu metode analisis suhu dan salinitas dalam mengidentifikasi serta mempelajari massa air laut dalam interaksi dan perpindahannya. Faktor densitas ( Sigma – T ) sebagai fungsi suhu dan salinitas. Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ? (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):p = p(T,S,p) Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ? dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State : 1980).
Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional. Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang pt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana pt = ? - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan p) (Anugerah 2000 : 32)
Densitas rata-rata air laut adalah pt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: pt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m. Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas.  S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan (Lan J. Partridge 2002 : 3).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
a.    Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur densitas sir laut dan diagram T - S.
b.    Mampu membuat Diagram T - S.
c.    Mampu menggambarkan garis – garis isopicinal pada Diagram T - S.

1.2  Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan pada praktikum ini adalah :
·      Mampu menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran densitas.     
·      Dapat menggambarkan garis-garis pada diagram T - S dengan baik.
·      Memahami metode pengukuran densitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho). Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):ρ = ρ(T,S,p) (Anugerah 2000 : 32)                                                           Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3. Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3. Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam Persamaan Keadaan Internasional.                        Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3. Para oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m (Lan J. Partridge 2002 : 3).
Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai. Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan referensi.Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya konveksi panas.
·  S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
·  S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelu densitas maksimum tercapai.
Gelombang internal terbentuk akibat adanya perbedaan rapat massa atau densitas air laut dengan gaya pembangkit yang dapat berasal dari angin, pasang surut atau bahkan gerakan kapal laut. Densitas air laut dipengaruhi oleh tiga parameter yaitu salinitas, temperatur dan tekanan. Perbedaan densitas akan mengakibatkan air laut menjadi berlapis-lapis, dimana air dengan densitas yang lebih besar akan berada di bawah air dengan densitas yang lebih kecil. Kondisi ini akan menyebabkan adanya lapisan antar muka (interface) dimana jika terjadi gangguan dari luar (oleh gaya pembangkit yang ada) akan timbul gelombang antar lapisan yang tidak mempengaruhi gelombang di permukaan (Anugerah 2000 : 32)                   Gelombang internal ini tidak akan bisa kita lihat karena ia terjadi di lapisan dalam, namun dapat dideteksi dengan cara melakukan pengamatan atau pengukuran langsung piknoklin (lapisan dimana densitas air laut berubah secara cepat terhadap kedalaman) atau termoklin (lapisan dimana temperatur air laut berubah secara cepat terhadap kedalaman) dengan menggunakan sensor-sensor pengukuran temperatur dan salinitas air laut, kecepatan arus laut, atau peralatan akustik seperti sonar. Secara visual, ia baru bisa dilihat jika kita melakukan percobaan di laboratorium atau mengamatinya dari udara atau ruang angkasa dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing). Bagian terakhir inilah yang perlu kita garis bawahi dan mendapatkan perhatian lebih. Bagaimana sebuah fenomena alam yang dalam mengungkapkannya diperlukan teknologi yang canggih, sudah tertulis secara jelas dan eksplisit dalam Al-Quran sebelum teknologi itu ada (Lan J. Partridge 2002 : 3).
Diagram T-S, yang menggambarkan hubungan antara salinitas dan temperatur terhadap densitas air laut (harga densitas digambarkan dengan garis yang melengkung).
Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus (Nontji 2002 : 80).
Penelitian tentang prakiraan musim/iklim berkembang secara pesat. Tersedianya komputer yang canggih memungkinkan hitungan yang komplek dilakukan secara cepat dan tepat. Prakiraan musim, baik secara perwilayahan maupun global sedang berkembang, seperti di Australia oleh pusat-pusat Penelitian Biro Meteorologi. Sejumlah pusat kajian dan informasi iklim seperti Lembaga Kajian Internasional Prakiraan Iklim IRI, Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan NOAA, Pusat Cuaca Nasional NWC dan Pusat Kajian Nasional Atmosfer NCAR. Di Eropa seperti pusat prakiraan untuk jangka menengah ECMWF dan Pusat Hadley di Inggris untuk Penelitian (Lan J. Partridge 2002 : 3).

Kerugian selanjutnya menimpa sektor perikanan. Dimana kenaikan suhu air laut mengakibatkan alga yang merupakan sumber makanan terumbu karang akan mati dan juga terjadinya migrasi ikan ke daerah yang lebih dingin sehingga Indonesia akan kehilangan beberapa jenis ikan. Di sektor kehutanan, potensi kebakaran hutan semakin besar karena meningkatnya suhu udara. Sektor pertanian juga tidak ketinggalan terkena dampak. Perubahan iklim telah mengakibatkan menurunnya produksi hasil-hasil pertanian seperti beras, kacang-kacangan, jagung, dan banyaknya sawah yang tidak berproduksi (Anonim 2010 : 1).

Densitas air laut normal akan bertambah terhadap kedalaman. Jika densitas permukaan air lebih tinggi daripada densitas air di bawahnya maka akan terjadi kondisi gravitasi tidak stabil dan air permukaan akan turun atau tenggelam. Di daerah kutub, densitas permukaan air dapat berubah dengan dua cara :
1.       Dengan pendinginan langsung baik jika es bersentuhan dengan air atau jika angin dingin melewati es.
2.       Dengan pembentukan es laut yang mengekstrak air dan melepaskan air laut dengan salinitas tinggi dan densitas yang bertambah.
Sebelum perkembangan teknologi satelit, sulit untuk untuk mengamati perubahan temperatur permukaan laut suatu daerah yang luas secara musiman. Dengan adanya satelit dengan sensor infra merah, memungkinkan pengukuran perubahan temperatur permukaan laut musiman dan tahunan dalam skala global. Sensitivitas dan ketepatan pada sensor adalah dalam orde 0,1 derajat celcius atau lebih baik dan ketepatannya bertambah tiap waktu dengan adanya koreksi untuk faktor-faktor seperti kondisi permukaan laut dan jumlah air yang menguap ke atmosfer (Anugerah 2002 : 46).
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi suhu air laut:  
1.      Sinar matahari
2.      Kedalaman
3.      Iklim
4.      Curah hujan
5.      Pengaruh angin
6.      Arus dan pasang surut
Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi sinar matahari pada siang hari karena kerja angina, maka lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 meter terjadi pengadukan, hingga dilapisan tersebut terdapat suhu hangat sekitar 28 derajat Celsius yang homogen.  Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bias menjadi lebih tebal lagi (Nontji 2002 : 80).
Penguapan adalah mekanisme utama dimana laut kehilangan panasnya yaitu sekitar beberapa megnitud dibandingkan yang hilang melalui konduksi dan pencampuran konvektif. Penguapan, kondensasi dan presipitasi bukanlah satu-satunya mekanisme transfer air di sepanjang lapisan udar-laut. Seperti cairan, permukaan luar laut dicirikan oleh kekuatan intramolekul yang menyebabkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan air laut lebih mudah lemah dibandingkan tegangan permukaan air tawar sehingga air laut lebih mudah pecah menjadi busa bila diganggu oleh gelombang permukaan lapisan dan juga menyimpan gelembung-gelembung (Kanginan 2000 : 111).
Gelembung udara naik kie permukaan dan pecah memasukkan tetesan-tetesan dengan variasi ukuran ke atmosfer brsama dengan garam terlarut, gas dan partikulat dimana didalamnya terdapat air. Sebagian unsur-unsur tersebut kemudian dikembalikan ke permukaan bumi oleh presipitasi seperti yang ditunjukkan oleh pengurangan kandungan klorida dalam air hujan dengan bertambah jauhnya dari pantai (Steward 2000 : 1).
Tetesan terkecil yang masuk ke atmosfer disebut aerosol. Aerosol tersebut membawa air, garam terlarut dan bahan organik dari permukaan laut. Aerosol dapat dibawa ke atas dan terdispersi di atmosfer. Bila menguap, partikel garam dan zat lainnya yang terdispersi akan bertindak sebagai inti kondensasi untuk pembentukan awan dan hujan (Nyabakken 2002 : 23).
Panjang gelombang yang lebih pendek atau rendah yang dekat warna biru dalam spektrum visibel, menembus lebih dalam dibandingkan panjang gelombang yang lebih tinggi atau jauh. Radiasi infra merah adalah yang pertama diserap diikuti merah dan seterusnya. Energi total yang diterima pada kedalaman yang tertentu diwakili oleh daerah di bawah kurva untuk 100 m dan air permukaan menunjukkan bahwa hanya1/50 dari energi datang yang mencapai 100 m. Semua radiasi infra merah diserap dalam daerah satu meter dari permukaan dan hampir setengah total energi matahari tersebut diserap dalam 10 cm daerah permukaan. Penetrasi juga tergantung pada transparansi air yang tergantung pada jumalah materi yang tersuspensi (Depdikbud 1994 : 31).
Konduksi terjadi sangat lambat sehingga hanya sebagian kecil panas yang dipindahkan ke bawah melalui proses ini. Mekanisme utamaq adalah pencampuran olakan oleh angin dan gelombang yang menghasilkan lapisan permukaan tercampur (atau juga disebut lapisan campuran) dengan ketebalan 200-300 m atau lebih di lintang tengah, di laut terbuka pada musim dingin dan minimun setebal 10 m atau kurang di daerah perairan pantai yang terlindungi di musim panas (Kanginan  1999 : 21).
Pada kedalaman antara 200-300 m dan 1000 m, temperatur akian turun dngan cepat. Daerah ini dikenal sebagai termoklin permanen, dibawah 1000 m menuju lantai laut tidak mengalami variasi musiman dan temperatur turun perlahan antara 0oC dan 3oC (Foster 2000 : 76).
            Suatu perairan homogen ( densitas dan suhu sama )dan tenag, biasanya bila mengalami pemanasan maka distribusi suhu secara vertikal akan menurun secara eksponensial. Apabila tidak ada gangguan di bawah lapisan homogen terdapat lapisan termoklin.  Lapisan termoklin ini adalah dimana suhu menurun cepat terdapat kedalaman karena suhu ini menyebabkan densitas air meningkat maka lapisan termoklin ini merupakan pola daerah perlonjakan kenaikan densitas yang sangat mencolok.  Perubahan densitas ini sangat diperkuat lagi karena densitas sering meningkat dengan cepat. Akibatnya air disebelah atasnya tidak dapat bercampur dengan lapisan air dibawahnya (Anonim 2011 : 4). 
Termoklin musiman terbentuk pada musiman semi dan maksimum (dengan laju perubahan temperatur trbesar terhadap kedalaman atau gradien temperatur paling tajam) pada musim panas. Termoklin tersebut terbentuk di kedalaman beberapa meter dengan lapisan campuran yang tipis di atasnya. Termoklin diurnal dapat terbentuk dimsnspun asal terdapat cukup pemanasan disiang hari walaupun kedalaman hanya mencapai 10-15 m, dan perbedaan temperatur biasanya tidak mencapai 1-2 derajat celcius (Stewart 2002 : 33).
Singkatnya, dengan mengabaikan musim dan variasi diurnal, termoklin permanen membuat laut sebagai suatu kesatuan  yang dibagi menjadi tiga lapisan utama yaitu : Ketebalan lapisan atas yang hangat dan termoklin permanen lebih tipis di lintang rendah dibandingkan di intang tinggi karena angin di lintang rendah biasasnya lebih lemah dan temperatur musiman lebih kecil.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (Stewart 2002 : 63).
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21 (Kanginan 1999 : 54).
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada.Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai (Anugerah 2000 : 32)
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 17 Oktober 2011 pukul 13.30 WIB. Bertempat diruang laboratorium Oseanografi, jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. kertas milimeter blok
2. kalkulator
3. penggaris
4. pensil
5. penghapus
6. pena
3.3. Cara Kerja

 













BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukannya praktikum, kami dapat memaparkan pembahasan dari densitas itu sendiri. Densitas dalam pengertian singkatnya adalah kerapatan. Kerapatan disini adalah massa jenis. Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Karena yang dibahas adalah laut, maka kita berbicara bagaimana densitas air laut.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Densitas sendiri berkaitan erat dengan suhu, salinitas dan juga tekanan. Karena suhu, salinitas dan tekanan tersebut yang mempengaruhi densitas di laut.
Densitas (rapat jenis) di lambangkan dengan ρ
ρ = m / v
ρ adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam ‘CGS [centi-gram-sekon]‘ adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm3). 1 g/cm3=1000 kg/m3 Dari ketiga parameter yang mempengaruhi densitas antara suhu, salinitas dan tekanan, yang paling mempengaruhi densitas adalah tekanan. Jika densitas di suatu perairan naik atau tinggi maka suhu di perairan tersebut akan turun. Densitas maksimal terjadi pada suhu antara    39,80C - 400C. Tapi sebaliknya dengan salinitas dan tekanan di daerah perairan tersebut. Tekanan dan salinitasnya naik. Jadi pada intinya adalah densitas berbanding terbalik dengan suhu tetapi berbanding lurus dengan salinitas dan tekanan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi densitas adalah suhu, salinitas dan tekanan. Dan dari faktor-faktor yang mempengaruhi densitas tersebut, faktor tekanan lah yang paling berpengaruh terhadap nilai densitas di suatu perairan. Jadi jika disuatu perairan tekanannya berubah maka densitasnyapun pasti berubah.
Distribusi Densitas Iklim dan cuaca di bumi adalah hasil gerakan massa udara yang dikarakterisasi oleh kombinasi temperatur, kelembaban dan tekanan tertentu. massa air di lautan bergerak secara vertikal dan horisontal dan dicirikan oleh temperatur(T), salinitas(S) dan karakter lain yang digunakan untuk mengenali air dan melacak gerakannya. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat.
Teratas dari laut, mulai dari air permukaan atau dekat permukaan hingga ke dasar termoklin permanen. Diidentifikasi dari temperatur, salinitas dan properti lain, termasuk komunitas organisme yang hidup di dalamnya. Juga dapat mengidentifikasi batas antara pergerakan massa air dalam arah yang berbeda di beberapa kedalaman laut. Air bergerak lebih lambat dari udara sehingga massa air kurang bervariasi dari massa udara dan batasnya tidak banyak berubah walaupun dalam skala waktu dekade atau abad.
Sistem arus permukaan dibangkitkan oleh angin tetapi gerakan massa air intermediate dan dalam diatur oleh densitas. Bila densitas air laut di lapisan permukaan bertambah maka kolom air secara gravitasi akan menjadi tidak stabil dan air yang lebih berat akan turun. Sirkulasi vertikal laut diatur oleh variasi temperatur dan salinitas dan dikenali sebagai sirkulasi termohalin. Prinsip utamanya adalah bahwa massa air yang dingin dan berat dari lintang tinggi turun dan menyebar di bawah termoklin permanen.
Distribusi vertikal dan horisontal isoterm umumnya tetap konstan tiap tahunnya. fluktuasi musiman dibatasi pada lapisan permukaan. Diketahui bahwa distribusi ini mewakili suatu bentuk keseimbangan dinamik atau keadaan tunak, karena air laut itu sendiri bergerak secara kontinu.Pergerakannya tidak acak tetapi teratur dalam sistem sirkulasi tiga dimensi yang menunjukkan sedikit variasi bila dirata-ratakan untuk periode beberapa tahun.
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal di dalam kolom perairan, dan perbedaan secara horisontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.
Pada intinya adalah distribusi denstitas ada dua yaitu secara vertikal dan horisontal. Jika vertikal pengaruh denstitas terhadap temperatur/suhu dan salinitas juga tekanan. Bisa ditandai dengan sebuah grafik, dimana tersebut garisnya berada pada posisi vertikal, garisnya dari atas ke bawah. Dan jika horisontal itu adalah pengaruh densitas yang disebabkan oleh faktor lain yaitu arus. jika ditandai dengan grafik, garis grafik ini garisnya adalah dari kiri ke kanan secara horisontal.
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).








BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat adalah :
  1. Densitas air murni adalah 1000 kg.
  2. Air laut lebih padat karena garam yang terkandung didalamnya.
3.   Densitas air laut sebagai fungsi salinitas S(psu), temperatur T ( C) dan tekanan air laut p (bars).
4.   Diagram T-S sangat berhubungan dengan pengukuran densitas.
5.   Distribusi denstitas ada dua yaitu secara vertikal dan horisontal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Densitas.   http://id.wikipedia.org.wiki/salinitas  (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011)

Anonim. 2011. Suhudensitas.  http://oseanografi.blogspot.com/200765.html

         (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011)

Foster,Bob.2000.Fisika Dasar.Jakarta : Erlangga

Nontji,Anugerah.2002.Laut Nusantara.Jakarata : Djambatan
Nyebaken, JW. 1971. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. Gramedia : Jakarta.
        (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011)
Supangat,Agus.2000.Pengantar Oseanografi.ITB : Bandung
Wijaya,Hadi.2000.Pengantar Oseanografi.ITB : Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar