Pages

Minggu, 23 September 2012

Laporan Pasang Surut Laut (PO)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selilu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Sejak terjadinya laut di permukaan bumi ini, laut menjadi tempat penampung dari batuan yang diangkut dari sungai dari darat, dari letusan gunung api dan juga dari meteoroid yang jatuh/datang dari angkasa luar. Akibatnya laut menjadi penuh dengan segala jenis senyawa yang kita kenal (Bambang, 2011)
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Diposaptono, 2007).
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat. Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan dalam transportasi perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.  Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range) (Diposaptono, 2007).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
a.    Mengetahui prinsip pengukuran  pada pasang surut laut.
b.    Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasang surut laut.
c.    Mampu menggunakan alat pengukur itu sendiri.

1.2  Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan pada praktikum ini adalah :
·      Mampu menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran pasang surut laut itu sendiri.     
·      Dapat mengetahui segala aspek tentang pasang surut laut.
·      Memahami metode pengukuran pasang surut laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakkan naik turunya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi akibar rotasi bumi. Dan gaya tarik menarik dari benda astronomi terutama oleh matahari dan bulan. Permukaan air laut senantiasa berubah yang disebabkan oleh gerakan pasang surut. Periode selama permukaan air laut naik disebut air pasang ( flood tide ), dan  kedudukan pada waktu permukaan air laut naik dan mencapai pincaknya disebut air tinggi ( high water ). Keadaan saat permukaan air laut menurun akibat gaya pasang surut disebut air surut ( ebb tide ) dan kedudukan terendah permukaan air laut yang disebut air rendah ( low water ). Perbedaan kedua hal ini disebut dengan dengan tunggang pasang ( tidal range ) yang besarnya tergantung pada tempat dan kaaarakteristik daerah atau wilayah setempat
(Wibowo, 2010).
Mekanisme terbentuknya pasang surut dapat dijelaskan oleh teori pasut seimbang ( equilibrium tides ) dengan asumsi selutuh permukaan bumi yang telah ditutpi air.
  1. Sistem Bumi – Bulan
Sistem ini menghasilkan gaya sentrifugal yang sama disetiap titik permukaan bumi. Total gaya sentrifugal dan total gaya tarik bulan saling mengimbangi, sehingga sistem ini dalam keadaan setimbang. Gaya pembangkit pasut ini akan mengakibatkan pasang pada dua lokasi dan surut pada dua lokasi pula. Karena akibat dari bumi berotasi pada sumbunya yaitu dala waktu 24 jam, maka setiap titik di bumi mengalami dua kali pasang dan dua kali surut pula.
  1. Sistem Bumi – Bulan – Matahari
Gaya pembangkit pasang surut pada matahari sekitar 0.46 gaya pembnagkit pasut bulan. Interaksi ini mengakibatkan bila matahari serta bulan dan bumi dalam satu garis lurus maka pasang surut laut maksimum, bila matahari serta bulan dan bumi saling tegak lurus maka pasang surut laut minimum. Pada bulan baru dan bulan purnama tinggi pasang surut adalah maksimum pasang  surut disebut spring tide ( pasang purnama). Pada kuartir pertama dan ketiga tinggi pasang surut minimum dan pasang surutdisebut neap tide atau pasang perbani.
Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan. Berhubung adanya pengaruh geografi yang berbeda beda, maka pasang surut tersebut dalam perambatannya akan mengalami hambatan, distorsi dan refraksi sehingga besarnya amplitudo akan terpengaruhi serta terjadi undur phase yang berbeda untuk setiap kcmponen, disamping terjadinya beberapa gelombang anak. Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami pasang surut mempunayi ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiaptiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah (Diposaptono, 2007).
Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan. Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektronika yang sangat pesat, Penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta peramalannya dengan cara kerja yang mudah. Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang dianggap mempunyai faktor yang Paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta pembuatan program (Supangat, 2003).
Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal memesukkan data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan yang berlainan Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan di sini cenderung tidak tertentu yang tergantung kepada bermacam-macam sifat seperti tinggi, periode di daerah mana mereka dibentuk. Mereka disini dikenal sebagai sea. Kenyataannya gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi langsung oleh angin, maka mereka akan berbentuk lebih teratur. Bentuk ini dikenal sebagai swell (Gross, 1987).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan  teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wibowo. 2010).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.  Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.  Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.  Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut.  Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Wibowo. 2010)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.  Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan.  Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik.  Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Supangat, 2003)
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.  Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. pasang surut semi diurnal.  Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3. pasang surut campuran.  Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)  Merupakan pasut yang hanya  terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2.  Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut  Andaman.
3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) 
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat. Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur (Supangat, 2003).
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.  Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal current).  Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Hutabarat, 2006).
Arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas. Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal.  Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas (Hutabarat, 2006).
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).  Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif.  Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya.  Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.  Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut.  Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1.      Kedalaman perairan dan luas perairan
2.      Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3.      Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect).  Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri.  Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub.  Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.  Menurut berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya (Hutabarat, 2006).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam.  Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam.  Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut.  Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.  Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80.  Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.  Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter.  (Diposaptono, 2007).


BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 12 Desember 2011 pukul 13.30 WIB. Bertempat diruang laboratorium Oseanografi, jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. kertas milimeter blok
2. Alat mengukur Pasang Surut
3. Tide Gauge
4. pensil
5. penghapus
6. pena
3.3. Cara Kerja
DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2011. Pasang Surut Laut. Www.wikipedia.org.wiki. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011 pukul 16.11 WIB.

Diposaptono, 2007. Pasang Surut Air Laut. www.Wikipedia.org.wiki. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.25 WIB.

Gross,M.G.1990.Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.25 WIB.

Hutabarat dan Evan. 1984. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography. Second edition. Pergamon Press. New York.

Pariwono. 1989. Faktor-Faktor pasang surut. Www.crayonpedia.com. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.48 WIB.

Supangat. 2003. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati: Jakarta.

Wibowo. 2010. Arus Laut. Www.oseanografi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
(Terlampir)
4.2. Pembahasan
Bulan sangat mempengaruhi pasang surut. Pasang surut ini tentu saja mempengaruhi gaya gravitasi bumi dan merubah berat benda. Teori terjadinya gempa sering disebut "elastic rebound" atau proses pelentingan. Seperti ketapel bila dilepas maka kareat akan melentingkan batu didalamnya. Sama juga dengan gempa akibat tekanan pergeseran lempeng tektonik yg tertahan maka efeknya seperi karet yg tertahan. Nah penahan ini sangat dipengaruhi oleh beratnya sendiri, dimana berat benda tentunya tergantung dari grafitasinya. Pernah lihat kan kalau gravitasi di angkasa sangat kecil sehingga melayang. Nah grafitasi di bumi sebenarnya juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik bulan) dan juga tentunya matahari.
Sedangkan pengertian pasang surut dapat dikatakan diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Ada juga pendapat lain pasang surut,  pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Permukaan air laut senantiasa berubah yang disebabkan oleh gerakan pasang surut. Periode selama permukaan air laut naik disebut air pasang ( flood tide ), dan  kedudukan pada waktu permukaan air laut naik dan mencapai pincaknya disebut air tinggi ( high water ). Keadaan saat permukaan air laut menurun akibat gaya pasang surut disebut air surut ( ebb tide ) dan kedudukan terendah permukaan air laut yang disebut air rendah ( low water ). Perbedaan kedua hal ini disebut dengan dengan tunggang pasang ( tidal range ) yang besarnya tergantung pada tempat dan kaaarakteristik daerah atau wilayah setempat.
Variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya.
Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan. Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen.
BAB V
KESIMPULAN

1.    Permukaan air laut senantiasa berubah yang disebabkan oleh gerakan pasang surut.
2.    Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakkan naik turunya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi akibar rotasi bumi. Dan gaya tarik menarik dari benda astronomi terutama oleh matahari dan bulan.
3.    Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal.
4.    Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi).
5.    Bulan sangat mempengaruhi pasang surut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar