BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik
yang selilu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan
sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena
adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya,
peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Sejak
terjadinya laut di permukaan bumi ini, laut menjadi tempat penampung dari
batuan yang diangkut dari sungai dari darat, dari letusan gunung api dan juga
dari meteoroid yang jatuh/datang dari angkasa luar. Akibatnya laut menjadi
penuh dengan segala jenis senyawa yang kita kenal (Bambang, 2011)
Dalam sebulan, variasi harian dari
rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang
pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Pasang
laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi
bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan
pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari (Diposaptono, 2007).
Pasang laut purnama (spring tide)
terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada
saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang
sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang
rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat
bulan seperempat dan tigaperempat. Pengetahuan tentang pasang laut sangat
diperlukan dalam transportasi perairan,
kegiatan di pelabuhan,
pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik,
maka ia dapat diramalkan.Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudo
dan beda fasa
dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan,
komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan
harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai,
superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan
mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi komponen
utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian tertutup
seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak
gelombang disebut pasang tinggi
dan lembah gelombang disebut pasang
rendah. Perbedaan vertikal antara
pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range)
(Diposaptono, 2007).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan
praktikum ini adalah :
a.
Mengetahui prinsip pengukuran pada pasang surut laut.
b.
Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasang
surut laut.
c.
Mampu menggunakan alat pengukur itu sendiri.
1.2 Manfaat
Adapun manfaat
yang diharapkan pada praktikum ini adalah :
·
Mampu menggunakan alat-alat yang digunakan pada
pengukuran pasang surut laut itu sendiri.
·
Dapat mengetahui segala aspek tentang pasang
surut laut.
·
Memahami metode pengukuran pasang surut laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasang surut merupakan suatu
fenomena pergerakkan naik turunya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi akibar rotasi bumi. Dan gaya tarik menarik dari
benda astronomi terutama oleh matahari dan bulan. Permukaan air laut senantiasa
berubah yang disebabkan oleh gerakan pasang surut. Periode selama permukaan air
laut naik disebut air pasang ( flood tide ), dan kedudukan pada waktu permukaan air laut naik
dan mencapai pincaknya disebut air tinggi ( high water ). Keadaan saat
permukaan air laut menurun akibat gaya pasang surut disebut air surut ( ebb
tide ) dan kedudukan terendah permukaan air laut yang disebut air rendah ( low
water ). Perbedaan kedua hal ini disebut dengan dengan tunggang pasang ( tidal range ) yang besarnya
tergantung pada tempat dan kaaarakteristik daerah atau wilayah setempat
(Wibowo, 2010).
Mekanisme terbentuknya pasang surut dapat
dijelaskan oleh teori pasut seimbang ( equilibrium tides ) dengan asumsi
selutuh permukaan bumi yang telah ditutpi air.
- Sistem Bumi – Bulan
Sistem ini menghasilkan gaya sentrifugal yang
sama disetiap titik permukaan bumi. Total gaya sentrifugal dan total gaya tarik
bulan saling mengimbangi, sehingga sistem ini dalam keadaan setimbang. Gaya
pembangkit pasut ini akan mengakibatkan pasang pada dua lokasi dan surut pada
dua lokasi pula. Karena akibat dari bumi berotasi pada sumbunya yaitu dala
waktu 24 jam, maka setiap titik di bumi mengalami dua kali pasang dan dua kali
surut pula.
- Sistem Bumi – Bulan – Matahari
Gaya pembangkit pasang surut pada matahari
sekitar 0.46 gaya pembnagkit pasut bulan. Interaksi ini mengakibatkan bila
matahari serta bulan dan bumi dalam satu garis lurus maka pasang surut laut
maksimum, bila matahari serta bulan dan bumi saling tegak lurus maka pasang
surut laut minimum. Pada bulan baru dan bulan purnama tinggi pasang surut
adalah maksimum pasang surut disebut
spring tide ( pasang purnama). Pada kuartir pertama dan ketiga tinggi pasang
surut minimum dan pasang surutdisebut neap tide atau pasang perbani.
Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi
pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai
amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya.
Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan
sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai
konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari
beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut
tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan.
Berhubung adanya pengaruh geografi yang berbeda beda, maka pasang surut
tersebut dalam perambatannya akan mengalami hambatan, distorsi dan refraksi
sehingga besarnya amplitudo akan terpengaruhi serta terjadi undur phase yang
berbeda untuk setiap kcmponen, disamping terjadinya beberapa gelombang anak.
Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang
mengalami pasang surut mempunayi ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari
tiaptiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama
tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan
berubah (Diposaptono, 2007).
Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat
tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat
diramalkan. Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa
metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada
data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. pada metoda ini dilakukan
perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut
untuk 9 komponen. Dengan adanya kemajuan
teknologi dibidang elektronika yang sangat pesat, Penggunaan komputer mikro
untuk menghitung tetapan pasang surut serta peramalannya akan sangat
memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk memproses data
pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta
peramalannya dengan cara kerja yang mudah. Proses perhitungan dari komputer
didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data pengamatan dengan metoda kuadrat
terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang dianggap mempunyai faktor
yang Paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta
pembuatan program (Supangat, 2003).
Program komputer dibuat sedemikian rupa
sehingga untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal memesukkan
data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program
untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi
program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan
dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik.
Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu
pengamatan yang berlainan Angin
yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang.
Bentuk gelombang yang dihasilkan di sini cenderung tidak tertentu yang
tergantung kepada bermacam-macam sifat seperti tinggi, periode di daerah mana
mereka dibentuk. Mereka disini dikenal sebagai sea. Kenyataannya gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang
luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi
dipengaruhi langsung oleh angin, maka mereka akan berbentuk lebih teratur.
Bentuk ini dikenal sebagai swell (Gross, 1987).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan
teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat
mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan (Wibowo. 2010).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari (Wibowo. 2010)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap
bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih
kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini
mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang
berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan
dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik
gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih
kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut
selama periode sedikit di atas 24 jam (Supangat, 2003)
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit
pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. pasang surut
semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hampir sama tingginya.
3. pasang surut
campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Pasang surut di
Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut
harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan
pasut yang hanya terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3.Pasang surut
campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat
berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan
Pantai Utara Jawa Barat. Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai
Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur (Supangat, 2003).
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang
surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut
senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga
terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan
arus pasut(Tidal current).
Gerakan arus pasut dari laut lepas
yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang
mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Hutabarat, 2006).
Arus yang terjadi di laut teluk
dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke
permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang
memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang
pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka
badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas. Pada
daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan
pada dasar laut
menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi
menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah
lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran
sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan
kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari
perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan,
sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada
setiap sisi batas (Hutabarat, 2006).
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut
secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari
dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya
lebih kecil. Pasang
surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth).
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton
(1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya
ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori
ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut. Untuk memahami gaya pembangkit passng
surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi
2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan
bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik
turun muka laut
sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating
Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini
berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari.
Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air
rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang
homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan,
tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode
sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk
dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan
pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace
(1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat
pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya
pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang
periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya
gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Kedalaman perairan dan luas perairan
2.
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3.
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan
berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda
membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat
sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub.
Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis
mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag)
serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal
perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya (Hutabarat, 2006).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran
pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan
batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang
dangkal dan laut
dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang
beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal)
mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang
surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga
pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe
campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal)
terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di
Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut
di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.
Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6
meter. (Diposaptono, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari senin, 12 Desember 2011 pukul 13.30 WIB. Bertempat
diruang laboratorium Oseanografi, jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. kertas
milimeter blok
2. Alat
mengukur Pasang Surut
3. Tide
Gauge
4. pensil
5.
penghapus
6. pena
3.3. Cara Kerja
DAFTAR PUSTAKA
Bambang.
2011. Pasang Surut Laut. Www.wikipedia.org.wiki. Diakses
pada tanggal 11 Desember 2011 pukul 16.11 WIB.
Diposaptono,
2007. Pasang Surut Air Laut. www.Wikipedia.org.wiki. Diakses pada
tanggal 11 Desember 2011pukul 16.25 WIB.
Gross,M.G.1990.Oceanography
: A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey. Diakses
pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.25 WIB.
Hutabarat dan Evan. 1984. Pengantar Oseanografi.
Universitas Indonesia: Jakarta.
Pond, S dan
G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography. Second edition.
Pergamon Press. New York.
Pariwono. 1989.
Faktor-Faktor pasang surut. Www.crayonpedia.com. Diakses pada tanggal
11 Desember 2011pukul 16.48 WIB.
Wibowo. 2010.
Arus Laut. Www.oseanografi.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Terlampir)
4.2. Pembahasan
Bulan sangat
mempengaruhi pasang surut. Pasang surut ini tentu saja mempengaruhi gaya
gravitasi bumi dan merubah berat benda. Teori terjadinya gempa sering disebut
"elastic rebound" atau proses pelentingan. Seperti ketapel bila
dilepas maka kareat akan melentingkan batu didalamnya. Sama juga dengan gempa
akibat tekanan pergeseran lempeng tektonik yg tertahan maka efeknya seperi
karet yg tertahan. Nah penahan ini sangat dipengaruhi oleh beratnya sendiri,
dimana berat benda tentunya tergantung dari grafitasinya. Pernah lihat kan
kalau gravitasi di angkasa sangat kecil sehingga melayang. Nah grafitasi di
bumi sebenarnya juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik bulan)
dan juga tentunya matahari.
Sedangkan pengertian pasang surut dapat dikatakan diartikan sebagai naik
turunnya muka laut
secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari
dan bulan terhadap massa air di bumi. Ada juga pendapat lain pasang surut, pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya
lebih kecil. Pasang
surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth).
Permukaan air laut senantiasa
berubah yang disebabkan oleh gerakan pasang surut. Periode selama permukaan air
laut naik disebut air pasang ( flood tide ), dan kedudukan pada waktu permukaan air laut naik
dan mencapai pincaknya disebut air tinggi ( high water ). Keadaan saat
permukaan air laut menurun akibat gaya pasang surut disebut air surut ( ebb
tide ) dan kedudukan terendah permukaan air laut yang disebut air rendah ( low
water ). Perbedaan kedua hal ini disebut dengan dengan tunggang pasang ( tidal range ) yang besarnya
tergantung pada tempat dan kaaarakteristik daerah atau wilayah setempat.
Variasi harian dari rentang pasang
laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang
pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Pasang
laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi
bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan
pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang laut purnama (spring tide)
terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada
saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang
sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang
rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat
bulan seperempat dan tigaperempat Pada setiap
titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari
beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu
sesuai dengan gaya pembangkitnya.
Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat
tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat
diramalkan. Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa
metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada
data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. pada metoda ini dilakukan
perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut
untuk 9 komponen.
BAB V
KESIMPULAN
1. Permukaan air laut senantiasa berubah yang
disebabkan oleh gerakan pasang surut.
2.
Pasang
surut merupakan suatu fenomena pergerakkan naik turunya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi akibar rotasi bumi. Dan gaya
tarik menarik dari benda astronomi terutama oleh matahari dan bulan.
5.
Bulan sangat mempengaruhi pasang surut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar