BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Salinitas merupakan jumlah
dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara
praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu
penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting
saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai
jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen
digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk
menentukan kandungan klorida (Wikipedia 2000 :1).
Salinitas juga merupakan
parameter yang digunakan dalam pengkajian oseanografi. Salinitas juga sangat
membantu dalam mempelajari gerak masssa air, hal ini berhubungan dengan
pencampuran. Konsentrasi garam terlarut dalam air laut sebagian besar berupa
ion klorida, natrium, sulfat, magnesium, kalsium, kalium, bikarbonat, bromida,
borat, stronsium dan florida. Dimana semuanya memiliki komposisi dilautan yang
relatif tetap (Stewart 2010 : 65).
Dengan pengecualian, terdapat variasi rasio kalsium dan bikarbonat yang
relatif kecil karena keterlibatan unsur tersebut dalam proses biologi dengan
rasio kalsium dan bikarbonat pada salinitas adalah 0,5% dan 10-20% lebih bar
dikedalaman dari pada dalam air permukaan. Konsentrasi rata-rata garam terlarut
di lautan adalah 3,5% terdapat berat atau dengan bagian per seribu menjadi 35%.
Sekarang salinitas diekspresikan dalam rasio sehingga mempermudah kita dalam
mengetahui apa saja yang konsentrasi terkandung (Lan J. Partridge 2002 : 3).
Di dalam laporan ini kami memberi informasi singkat dan jelas
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan salinitas di lautan. Baik mengenai
distribusi salinitas terhadap kedalaman serta mengenai metode pengukuran
salinitas. Salinitas Air Tawar , Laut
& Payau - Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang
terdapat didalam perairan ( Definisi
Salinitas air ) . Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami
adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan
salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah
semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan
oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. ( Definisi Salinitas air ) (Wikipedia 2000 :1).
Pengertian salinitas air yang lainnya adalah jumlah segala
macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air
payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan
rasa garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam literatur
oseanografi dikenal istilah salinitas yang maksudnya ialah jumlah berat semua
garam yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan
(pro mil, gram per liter) (Irkhos
2005 : 32).
Gambar
1. Refraktometer
Salinitas air dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang
disebut dengan Refraktometer atau salinometer ( Alat Pengukur Salinitas Air
). Satuan untuk pengukuran salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt)
atau promil (o/oo). Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar
antara 0–5 ppt ( Salinitas air Tawar
), perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt Salinitas air Payau dan perairan laut berkisar antara 30–35
(Wikipedia 2000 :1).
1.1. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
a.Mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur salinitas.
b.Mampu menggambarkan gtaris-garis isohalin.
1.2. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan pada praktikum ini adalah :
1.Mampu menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran
salinitas.
2.Dapat menggambarkan garis-garis isohalin dengan baik.
3.Memahami metode pengukuran salinitas.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Air laut mengandung 3,5%
garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak
terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:
densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh
salinitas. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan Dua sifat yang sangat
ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik
(konduktivitas) dan tekanan osmosis (Stewart 2010 : 65).
Garam-garaman utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%),
magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%)
teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber
utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik
dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut
dalam (Lan
J. Partridge 2002 : 3).
Secara ideal, salinitas
merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air
laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh
karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang
terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun
1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika
semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses
kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Wikipedia 2000 :1).
Salinitas ditetapkan pada tahun
1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram
air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, Selanjutnya hubungan
antara salinitas dan semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua
bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan
klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium
berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai:
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo)
(1902)
Lambang o/oo (dibaca per
mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo
atau 35 gram
garam di dalam satu kilogram air laut.
Persamaan tahun 1902 di atas
akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika
klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan
adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium.
Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali
penentuan dasar hubungan antara klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan
definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus:
S (o/oo)
= 1.80655 Cl (o/oo) (1969)
Namun demikian, dari hasil
pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan definisi
sebelumnya. Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan
salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan.
Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity
Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari
konduktivitas (Stewart 2010 : 65).
"Salinitas praktis dari
suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari konduktivitas listrik (K)
sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan satu standar
atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian massa KCl adalah
0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama. Rumus dari definisi ini
adalah:
S = 0.0080 - 0.1692 K1/2
+ 25.3853 K + 14.0941 K3/2 - 7.0261 K2 + 2.7081 K5/2
Catatan:
Dari penggunaan definisi baru
ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio, maka satuan o/oo
tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai
35 dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan
"psu" dalam menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari
"practical salinity unit". Karena salinitas praktis adalah
rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan, Selanjutnya hubungan antara
Selanjutnya hubungan antara salinitas dan salinitas dan Selanjutnya hubungan
antara salinitas dan jadi penggunaan satuan "psu" sebenarnya tidak
mengandung makna apapun dan tidak diperlukan. Selanjutnya hubungan antara
salinitas dan Pada kebanyakan peralatan yang ada saat ini, pengukuran harga
salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran konduktivitas
(Wikipedia 2000 :1).
Salinitas di daerah subpolar
(yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendah di
permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah
subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU
atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar
daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman
sekitar 500 sampai 1000
meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah
secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas
di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (Lan J. Partridge
2002 : 3).
Ciri paling khas pada air laut
yang diketahui oleh semua orang ialah rasa yang asin. Ini disebabkan karena di
dalam air laut terlarut bermacam-macam garam, yang paling utama adalah garam
Natrium Klorida yang sering disebut garam dapur. Garam dapur banyak di produksi
di Madura dan juga didaerah lainnya diperoleh dengan menguapkan air laut hingga
tersisa kristal-kristal garamnya. Selain garam klorida, didalam air laut
terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam
literatur oseanografi dikenal istilah salinitas yang maksudnya ialah jumlah
berat semua garam yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan
satuan (pro mil, gram per liter) (Irkhos
2005 : 32).
Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, baik secara kimia maupun
fisika. Salah satu alat yang paling populer untuk mengukur salinitas dengan
ketelitian tinggi ialah salinometer yang bekerja Selanjutnya hubungan antara salinitas dan didasarkan
pada daya hantar litrik. Makin besar salinitas makin bear pula daya hantar
listriknya. Selain itu telah dikembangkan pula alat STD
yang apabila diturunkan kedala laut dapat Selanjutnya hubungan antara salinitas dan dengan mudah membuat kurva
salinitas dan suhu terhadap kedalaman lokasi tersebut (Wikipedia 2000 :1).
Selanjutnya hubungan antara
salinitas dan Seperti yang telah dijelaskan, sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, Selanjutnya
hubungan antara salinitas dan curah hujan dan aliran sungai. Salinitas
berhubungan juga dengan densitas. Densitas merupakan fungsi dari salinitas,
suhu dan kedalaman. Densitas akan bertambah besar bila salinitas tinggi dan
suhu akan berkurang sementara tekanan bertambah (Nontji 2002 : 34).
Kondisi sebaran salinitas secara horizontal sangat bergantung pada
lintang. Salinitas minimum terdapat pada daerah ekuator dan salinitas maksimum
terletak pada daerah 20 LU dan 20 LS, kemudian menurun lagi kearah kutub.
Keadaan salinitas yang sangat rendah di daerah ekuator disebabkan tingginya
cirah hujan. Khusus di perairan kepulauan, salinitas yang rendah akibat
pengaruh air sungai. Didaerah subtropis terutama yang beriklim kering-evaporasi
lebih tinggi dari presipitasi-salinitas dapat mencapai 1/00. Ini dapat dijumpai
di laut merah dan laguna-laguna yang ada Texas, USA. Pada umumnya salinitas
uatu perairan berbanding lurus dengan perbedaan evaporasi dan presipitasi
(Stewart 2010 : 65).
Dengan penguapan air laut, garam yang daya larut paling sedikit akan
mencapai titik jenuh pertama kali, sehingga urutan presipitasi berdasarkan
peningkatan solubilitas dan bukan terhadap banyaknya. Kalsium sulfat
dipresipitasi sebagai anhidrit atau sebagai gipsum tergantung kondisi. Sodium
klorida adalah garam terbanyak dan residu air garamnya mengandung klorida
potassium dan magnesium yang merupakan unsur yang paling larut menjadi yang
terakhir dipresipitasi (Lan J.
Partridge 2002 : 3).
Secara umum tiap negara pantai
dapat memproduksi garam laut secara komeril dan setidaknya ada 60 negara yang
maih melakukannya, baik melalui proses industri maupun dengan penguapan
tradisional. Terdapat 40 juta ton Sodium klorida diekstrak dari air laut tiap
tahun secara intensif, antara lain untuk konsumsi manusia tetapi kebanyakan
dalah untuk manufaktur kimia. Magnesium hidrokida adalah hasil presipitasi
kimia dari air laut dan digunakan untuk menghasilkan 600.000 ton magnesium dan
senyawanya tiap tahun. Produksi Bromin sebesar 30.000 ton yang dihasilkan
secara elektrolisis sebagai suatu gas dan kemudian dikondensasi menjadi cair (Irkhos 2005 : 32).
Distribusi temperatur dan salinitas memberikan informasi yang memudahkan
oseanografer Selanjutnya hubungan
antara salinitas dan malacak pola tiga dimensi sirkulai lautan. Zona
dimana salinitas berkurang terhadap kedalaman ditemukan di lintang rendah dan
menengah yaitu antara lapisan permukaan campuran dan bagian atas lapisan dalam
dimana salinitas konstan. Zona ini dikenal sebagai haloklin (istilah ini
juga dipakai untuk zona yang mempunyai salinitas bertambah terhadap kedalaman,
sedangkan dalam termoklin, temperatusr kedalaman (Nontji 2002 : 34).
Salinitas air permukaan laut maksimum di tropis dan lintang subtropis
dimana penguapan melampaui presipitasi. Daerah ini berhubungan dengan adanya
padang pasir yang panas di lintang yang sama. Salinitas berkurang ke arah
lintang tinggi maupun ke arah ekuator. Modifikasi lokal mengalahkan pola
regional terutama yang dekat dengan darat. Salinitas permukaan berkurang akibat
air tawar di mulut-mulut sungai besar dan akibat lelehan es dan salju di
lintang tinggi. Sebaliknya, salinitas permukaan cenderung tinggi di laguna dan
cekungan laut dangkal tertutup lainnya di lintang rendah dimana terjadi
penguapan tinggi dan terbatasnya aliran air masuk dari daratan (Stewart 2010 :
65).
Berikut merupakan metode-metode yang digunakan dalam pengukuran salinitas
baik secara kimia maupun fisika adalah :
1.
Metode kimia dalam pengukuran salinitas.
Cara termudah dalam mengukur salinitas adalah dengan mengambil sejmlah
sampel air laut yang diketahui, lalu diuapkan hingga kering dan garam yang
tersisa ditimbang (penentuan grvitametri). Walaupun secara teori sederhana,
metode ini memberikan hasil yang tidak akurat. Residu yang tersisa adalah
campuran kompleks garam dan air kimia yang terikat pada padatan, ditambah
sejumlah kecil bahan organik. Jumlah air sisa dapat dihilangkan denagn
pengeringan garam residu dengan temperatur yang bertahap, tetapi cara ini mendatangkan
masalah lain seperti :
(1) dekomposisi
beberapa jenis garam
(2) penguapan dan
dekomposisi bahan organik
(3) pembebasan
gas karbondiokida dari garam karbonat.
Jadi, berat materi padat tersisa setelah penguapan tergantung kondisi
bagaimana menghilangkan air. Ahli kimia laut di abad ke-19 menyadari hal
tersebut dalam mengukur salinitas secara gravimetri. Penentuan gravimetri
salinitas adalah sulit dan lama sehingga dicari metode lain. Oleh karena
konsentasi beberpa unsur utama terlarut dalam air laut mengandung rasio total
konsentrasi garam . Metode ini jarang digunakan saat ini karena hampir semuanya
dikalahkan oleh pengukuran konduktivitas listrik.
2.
Metode fisika dalam pengukuran salinitas
Air tawar adalah konduktor listrik yang lemah, tetapi kehadiran ion-ion
dalam air menyebabkan mampu membawa arua listrik. Pada tahun 1930-an dikatakan
bahwa konduktivitas listrik air laut proporsional dengan salinitasnya.
Konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas selama berabad-abad,
konduktivitas salinometer digunakan dengan dasar oleh sirkuit listrik yang
sederhana dengan mengguanakan standar air laut dan salinitas diketahui sebagai
kalibrasi (Wikipedia 2000 :1).
Konduktivitas juga dipengaruhi oleh temperatur yang menyebabkan
kesalahan. Idealnya, oseanografer fiika membutuhkan ketepatan pengukuran
salinitas hingga kurang lebih 0,001 dan konduktivitas terukur hingga satu
bagian dalam 40000. Suatu perubahan magnitudo S dapat diinduki denagn perubahan
temperatur sebesar 0,001oC, sehingga penggontrolan temperatur
merupakan hal yang penting. Pada waktu dulu, ketepatan termostatik digunakan
untuk menukur baik pada sampel maupun pada air laut standar pada temperatur
konstan, tetapi peralatannya besar dan pengukuran memakan waktu yang lama
karena sampel harus dipanaskan didinginkan sebelum pengukuran (Lan J. Partridge 2002 : 3).
Saat ini, masalah tersebut telah di atasi dan
salinometer yang modern beroperasi denagn cepat dan mengukur salinitas hingga
kurang lebih 0,003 atau lebih baik. Sensor konduktivitas telah Selanjutnya hubungan antara salinitas dan dan digabungkan
dengan peralatan temperatur salinitas in situ untuk penggunaan di laut dangkal
dan juga ke dalam probe konduktivitas temperatur kedalaman yang dipakai (Irkhos 2005 : 32).
Air laut
mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat
fisis air laut
(seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas
menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya.Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas.Dua
sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
(salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah laut. Secara praktis, adalah susah untuk
mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan
meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl) (Nontji 2002 : 34).
Dengan penguapan air laut, garam yang daya larut paling sedikit akan
mencapai titik jenuh pertama kali, sehingga urutan presipitasi berdasarkan
peningkatan solubilitas dan bukan terhadap banyaknya. Kalsium sulfat
dipresipitasi sebagai anhidrit atau sebagai gipsum tergantung kondisi. Sodium
klorida adalah garam terbanyak dan residu air garamnya mengandung klorida
potassium dan magnesium yang merupakan unsur yang paling larut menjadi yang
terakhir dipresipitasi (Lan J.
Partridge 2002 : 3).
Secara umum tiap negara pantai
dapat memproduksi garam laut secara komeril dan setidaknya ada 60 negara yang
maih melakukannya, baik melalui proses industri maupun dengan penguapan
tradisional. Terdapat 40 juta ton Sodium klorida diekstrak dari air laut tiap
tahun secara intensif,. Magnesium hidrokida adalah hasil presipitasi kimia dari
air laut dan digunakan untuk menghasilkan 600.000 ton magnesium dan senyawanya
tiap tahun. Produksi Bromin sebesar 30.000 ton yang dihasilkan secara
elektrolisis sebagai suatu gas dan kemudian dikondensasi menjadi cair (Irkhos 2005 : 32).
Distribusi temperatur dan salinitas memberikan informasi yang memudahkan
oseanografer malacak pola tiga dimensi sirkulai lautan. Zona dimana salinitas
berkurang terhadap mengukur salinitas secara gravimetri kedalaman ditemukan di
lintang rendah dan menengah yaitu antara lapisan permukaan campuran dan bagian
atas lapisan Namun demikian,
dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan
definisi sebelumnya. Sejak
tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity Scale
(Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas
(Stewart 2010 : 65).
Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah
jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. bagaimana menghilangkan
air. Ahli kimia laut di abad ke-19 menyadari hal tersebut dalam mengukur
salinitas secara gravimetri. Penentuan gravimetri salinitas adalah sulit dan lama
sehingga dicari metode lain Selanjutnya
hubungan antara salinitas dan Hal ini dikarenakan salinitas air
ini merupakan gambaran mengukur salinitas secara gravimetri tentang padatan
total didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua
bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah
dioksidasi (Wikipedia 2000 :1).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
senin, 10 Oktober 2011 pukul 13.30 WIB. Bertempat diruang laboratorium
Oseanografi, jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. kertas milimeter blok
2. kalkulator
3. penggaris
4. pensil
5. penghapus
6. pena
7. refraktometer
3.3. Cara Kerja
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Densitas. http://id.wikipedia.org.wiki/salinitas (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011)
Anonim.
2011. Suhudensitas. http://oseanografi.blogspot.com/200765.html
(Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2011)
Foster,Bob.2000.Fisika Dasar.Jakarta : Erlangga
Nontji,Anugerah.2002.Laut Nusantara.Jakarata
: Djambatan
Nyebaken, JW. 1971. Biologi laut
suatu pendekatan ekologi. Gramedia : Jakarta.
(Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011)
Supangat,Agus.2000.Pengantar
Oseanografi.ITB : Bandung
Wijaya,Hadi.2000.Pengantar
Oseanografi.ITB : Bandung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Stasiun
|
Lintang
|
Bujur
(BT)
|
Salinitas
|
Konversi
L
|
Konversi B
|
1
|
1
30’00”LU
|
125
30’00”
|
34,50
|
1,5
LU
|
125,5 BT
|
2
|
1
30’30”LU
|
126
29’00”
|
34,65
|
1,508
LU
|
126,49 BT
|
3
|
1
00’00”LU
|
127
00’00”
|
34,65
|
1
LU
|
127 BT
|
4
|
0
00’00”LU
|
127
00’00”
|
34,64
|
0
LU
|
127 BT
|
5
|
1
00’00”LS
|
127
00’00”
|
34,73
|
1
LS
|
127 BT
|
6
|
1
00’00”LS
|
126
00’00”
|
34,65
|
1
LS
|
126 BT
|
7
|
1
00’00”LS
|
125
00’00”
|
34,72
|
1
LS
|
125 BT
|
8
|
1
00’00”LS
|
124
00’00”
|
34,27
|
1
LS
|
124 BT
|
9
|
0
30’00”LS
|
124
30’00”
|
34,33
|
0,5
LS
|
124,5 BT
|
10
|
0
01’00”LS
|
124
59’00”
|
34,33
|
0,16
LS
|
124,98 BT
|
11
|
0
30’00”LU
|
125
30’00”
|
34,74
|
0,5
LU
|
125,5 BT
|
12
|
1
00’00”LU
|
126
00’00”
|
34,65
|
1
LU
|
126 BT
|
1. (Hasil Terlampir)
2. Mengapa salinitas minimum terdapat didaerah tropis dan salinitas
maksimum terdapat pada daerah 20 LU dan 20 LS?
Jawab : Karena daerah equator disebabkan adanya
tinggi curah hujan oleh karena itu salinitasnya lebih rendah dan di daerah
subtropis terutama yang beriklim kering evaporasi lebih tinggi dari prepitasi.
4.2. Pembahasan
Perubahan salinitas yang besar disebabkan pengaruh yang besar terhadap organisme
didalamnya Pasang surut sebagai salah satu kekuatan angin yang dapat
mempengaruhi salinitas. Nilai salinitas dalam suatu perairan terutama pada
perairan tawar (nilai salinitas 0-5 ppt), harus memiliki batas optimum untuk
pemeliharaan ikan, menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007) salinitas
ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air. Parameter
kimia tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang
terjadi suatu daerah. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada
salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi
salinitas yang kecil (Stenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas
yang lebar (Euryhaline).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan diperoleh nilai salinitas
yang berbeda-beda pada setiap sampel air yaitu pada air kran 0 ppt, air kolam 0
ppt, air payau 1,5 ppt, air laut 30 ppt, dan air hujan 0 ppt. Kadar salinitas
dalam suatu perairan berhubungan erat dengan mekanisme osmoregulasi pada
organisme air tawar. Affandi (2001) berpendapat bahwa organisme akuatik
mempunyai tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya. Oleh karena
itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar proses-proses
fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal.
Air laut adalah air yang terlarut dalam berbagai padatan dan gas. Contoh
1000 g air laut akan berisi sekitar 35 g senyawa terlarut, secara kolektif
disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% dari air laut adalah air dan 3,5% zat
terlarut. Jumlah total bahan terlarut tersebut disebut salinitas. Biologi
kelautan dan oseanografer di masa lalu biasanya menyatakan salinitas dalam
bentuk bagian per seribu, disingkat ‰, tetapi istilah baru adalah menggunakan practice
salinity unit atau psu. Jadi, jika suatu sampel air laut yang khas memiliki
35 g senyawa terlarut dalam 1000 g, maka air tersebut memiliki salinitas 35 psu
(35 ‰).
Zat terlarut termasuk senyawa anorganik yang berasal dari organisme
hidup, dan gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam
anorganik sebagai ion yang meliputi 99,28% dari berat zat padat. Zat tersebut
adalah klorin, natrium, belerang (sebagai sulfat), magnesium, kalsium dan
potasium. Hal ini dapat dianggap sebagai ion utama. Tambahan empat ion kecil
menambahkan 0,71% menurut beratnya sehingga sepuluh ion bersama-sama membentuk
99,99% dari berat zat terlarut. Salinitas pada kedalaman 100 meter pertama,
dapat dikatakan konstan. Walaupun terdapat sedikit perbedaan-perbedaan, tetapi
tidak mempengaruhi ekologi secara nyata.
Karena sifat fisika air yang melekat, terutama di tubuh besar seperti
lautan, menampilkan berbagai perubahan suhu minimum. Selain itu, rentang ini
jarang melebihi batas kematian organisme. Namun, daerah intertidal secara
teratur terkena suhu udara yang melebihi batas mematikan untuk berbagai
periode. Bahkan jika kematian tidak terjadi segera, organisme mungkin sangat
lemah oleh suhu ekstrim sehingga mereka tidak dapat melanjutkan aktivitas
normal dan akan menderita kematian dari penyebab sekunder.
Temperatur juga memiliki efek tidak langsung pada organisme laut. Mereka
bisa mati oleh pengeringan, yang dapat dipercepat oleh suhu tinggi. Menurut
Sugiharto (1987) TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di
dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berkuran 0,45
mikron.
Padatan tersuspensi total atau kadang-kadang disebut residu yang tidak
dapat disaring, ditetapkan dengan cara menyaring sejumlah volume air limbah
melalui filter membran. Berat kering dari padatan tersuspensi total diperoleh
60 menit pada suhu 103–106 °C . Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya
terdiri atas zat organik, garam organik dam gas terlarut. Bila total dissolved
Solid bertambah maka kesadaran akan naik pula. Materi yang tersuspensi
adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul yang terlarut
batasan zat tersuspensi rata-rata waktu 24 jam 20 mg/lt, zat yang suspensi ini
dapat diperoleh dengan memisahkan zat terlarutnya melalui saringan 1 mikron.
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi
nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi,
tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan
(Effendi, 2003). Misalnya, air laut memiliki nilai padatan terlarut tinggi,
tetapi belum tentu memiliki kekeruhan yang tinggi.Dengan melakukan pemanasan
filtrat hasil penyaringan TSS didapatkanlah Total Dissolved Solid (TDS)
BAB V
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang telah didapat dari pratikum yang telah dilakukan :
1. Daerah equator salinitas lebih tinggi karena
disebabkan adanya tinggi curah hujan oleh
karena itu salinitasnya lebih
rendah dan di daerah subtropis terutama yang beriklim kering evaporasi lebih
tinggi dari prepitasi.
2. Zat terlarut termasuk senyawa anorganik yang
berasal dari organisme hidup, dan gas terlarut.
3. Salinitas berkurang ke arah lintang tinggi maupun
ke arah ekuator.
4. Salinitas juga merupakan parameter yang digunakan dalam pengkajian
oseanografi.
5. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, baik
secara kimia maupun fisika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar