Pages

Minggu, 23 September 2012

Laporan Gelombang Laut (PO)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak terjadinya laut di permukaan bumi ini, laut menjadi tempat penampung dari batuan yang diangkut dari sungai dari darat, dari letusan gunung api dan juga dari meteoroid yang jatuh/datang dari angkasa luar. Akibatnya laut menjadi penuh dengan segala jenis senyawa yang kita kenal. Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulakn riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Bambang, 2011)
Apabila kita melihat gelombang di lautan, kita mendapat suatu kesan seolah-olah gelombang ini bergerak secara horizontal dari satu tempat ke tempat lain, yang kenyataannya tidaklah demikian. Suatu gelombang membentuk gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi disana sebenarnya terjadi hanya suatu gerakan kecil kearah depan dari massa air itu sendiri. Hal ini akan lebih mudah dimengerti apabila kita melihat sepotong gabus atau benda-benda mengapung lainnya di antara gelombang di lautan bebas         (Wibowo, 2010).                                                         Di dalam satu gelombang gerakan partikel-partikel akan berkurang makin lama makin lambat sesuai makin dalamnya suatu perairan yang mengakibatkan bentuk lingkaran juga makin lama menjadi makin kecil. Sebagai contoh, gelombang dilapisan permukaan yang mempunyai periode sebesar 10 detik, pengaruhnya tidak akan dijumpai lagi pada lapisan air yang mempunyai kedalaman lebih besar dari 100 meter. Peristiwa ini kemudian dimanfaatkan oleh para navigator kapal selam dimana mereka mengatur dan menurunkan kapal-kapal ini dari permukaan laut sampai pada kedalaman dimana tidak ada pengaruh gelombang permukaan lagi. Maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan yang lebih parah dari keganasan gelombang permukaan ini (Bambang, 2011)
Susunan gelombang di lautan baik bentuk maupun macamnya sangat bervariasi dan kompleks, sehingga mengakibatkan mereka ini hamper tidak dapat diuraikan. Karena itu sangatlah berguna untuk membuat sebuah model gelombang buatan yang dapat digerakkan dan dikontrol secara hati-hati di dalam sebuah tangki gelombang di laboratorium. Bentuk gelombang ini kemungkinan tidak pernah kita jumpai dalam bentuk yang tepat sama seperti yang terdapat di permukaan laut. Paling tidak bentuk gelombang ideal ini sudah memungkinkan kita untuk dapat mengenal bentuk sebenarnya serta membantu memberikan istilah-istilah yang dapat digunakan guna menerangkan susunan gelombang yang lebih komplek (Hutabarat, 1984)
Apabila kita melihat gelombang di lautan, kita mendapat suatu kesan seolah-olah gelombang ini bergerak secara horizontal dari satu tempat ke tempat lain, yang kenyataannya tidaklah demikian. Suatu gelombang membentuk gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi disana sebenarnya terjadi hanya suatu gerakan kecil kearah depan dari massa air itu sendiri. Hal ini akan lebih mudah dimengerti apabila kita melihat sepotong gabus atau benda-benda mengapung lainnya di antara gelombang di lautan bebas. Potongan gabus akan kelihatan timbul dan tenggelam sesuai dengan gerakan berturut-turut dari puncak (crest) dan lembah gelombang yang lebih atau kurang (Wibowo, 2010).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
a.    Mengetahui prinsip pengukuran  pada gelombang laut.
b.    Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gelombang.
c.    Mampu menggunakan alat pengukur itu sendiri.

1.2  Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan pada praktikum ini adalah :
·      Mampu menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran gelombang laut itu sendiri.     
·      Dapat mengetahui segala aspek tentang gelombang laut.
·      Memahami metode pengukuran gelombang laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gerakan individu partikel-partikel air di dalam gelombang sama dengan gerakan dari potongan gabus, walaupun dari pengamatan yang lebih teliti menunjukkan bahwa ternyata gerakan ini lebih kompleks dari gerakan yang hanya sekedar naik dan turun saja. Gerakan ini adalah suatu gerakan yang membentuk suatu lingkaran bulat. Gabus atau partikel-partikel lain yang diangkut ke atas akan membentuk setengah lingkaran dan begitu sampai di tempat tertinggi ini merupakan crest (puncak gelombang) (Supangat, 2003).
Kemudian benda-benda ini akan dibawa ke bawah membentauk lingkaran penuh, melewati tempat yang paling bawah yang bernama trough (lembah gelombang). Namun demikian gelombang-gelombang dilautan hanya terbatas terjadi pada lapisan permukaan air yang letaknya paling atas. Di dalam satu gelombang gerakan partikel-partikel akan berkurang makin lama makin lambat sesuai makin dalamnya suatu perairan yang mengakibatkan bentuk lingkaran juga makin lama menjadi makin kecil. Sebagai contoh, gelombang dilapisan permukaan yang mempunyai periode sebesar 10 detik, pengaruhnya tidak akan dijumpai lagi pada lapisan air yang mempunyai kedalaman lebih besar dari 100 meter. Peristiwa ini kemudian dimanfaatkan oleh para navigator kapal selam dimana mereka mengatur dan menurunkan kapal-kapal ini dari permukaan laut sampai pada kedalaman dimana tidak ada pengaruh gelombang permukaan lagi. Maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan yang lebih parah dari keganasan gelombang permukaan ini (Hutabarat, 1984)                                            Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan di sini cenderung tidak tertentu yang tergantung kepada bermacam-macam sifat seperti tinggi, periode di daerah mana mereka dibentuk. Mereka disini dikenal sebagai sea. Kenyataannya gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi langsung oleh angin, maka mereka akan berbentuk lebih teratur. Bentuk ini dikenal sebagai swell. Sifat-sifat gelombang paling tidak dipengaruhi oleh tiga bentuk angin :
  1. Kecepatan angin. Umumnya makin kencang angin yang bertiup makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar. Tetapi gelombang yang terbentuk dengan cara ini puncaknya kurang caram jika dibandingkan dengan yang dibangkitkan oleh angin yang berkecepatan lebih lemah. Data yang disajikan dalam memperlihatkan hubungan antara kecepatan angin dan sifat-sifat gelombang.
  2. Waktu di mana angin sedang bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup.
  3. Jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup. (dikenal sebagai fetch). Pentingnya fetch dapat digambarkan dengan membandingkan gelombang yang terbentuk pada kolom air yang relative kecil seperti danau di daratan dengan yang terbentuk di lautan bebas. Gelombang yang terbentuk di danau dimana fetch-nya kecil, biasanya mempunyai panjang gelombang hanya beberapa centimeter, sedangkan yang di lautan bebas dimana fetch-nya kemungkinan lebih besar, sering mempunyai panjang gelombang sampai beberapa ratus meter. menyajikan beberapa data dimana terlihat bahwa fetch dapat juga mempengaruhi tinggi gelombang.
Kompleksnya gelombang-gelombang ini membuat mereka sulit untuk dapat dijelaskan tanpa membuat pengukuran yang teliti terlebih dahulu dimana hal ini kurang berguna bagi para pelaut atau nelayan. Sebagai gantinya,mereka menggunakan satu cara yang mudah untuk mengetahui gelombang yaitu dengan mempergunakan satu daftar skala gelombang yang dikenal sebagai Beaufort scale yang memberikan keterangan mengenai kondisi gelombang di lautan Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah begitu mereka sampai di pantai. Hal ini disebabkan oleh karena gerakan melingkar dari partikel-partikel yang terletak di bagian paling bawah gelombang dipengaruhi oleh gesekan dari dasar laut di perairan yang dangkal. Bekas jalan kecil yang ditinggalkan oleh mereka kemudian berubah menjadi bentuk elips. Hal ini mengakibatkan perubahan yang besar terhadap sifat gelombang. Gelombang sekarang bergerak ke depan dan tinggi gelombang naik sampai mereka mencapai kira-kira 80% dari kedalaman perairan. Bentuk ini kemudian menjadi titik stabil dan akhirnya pecah, yang sering disertai dengan gerakan maju ke depan yang berkekuatan sangat besar (Hutabarat, 1984)               Ada dua bentuk utama pecahnya gelombang. Pertama spilling breaker yang berhubungan dengan gelombang yang curam yang dihasilkan oleh lautan ketika timbul badai. Begitu bagian atas gelombang tertumpah ke bawah di depan puncak gelombang, dan proses ini merupakan suatu proses yang terjadi secara perlahan-lahan dan kekuatan gelombang yang tidak teratur terjadi untuk periode yang relative lama. Kedua, plunging breakers yang berhubungan dengan gelombang besar (swell) dan karena itu mereka cenderung untuk terjadi beberapa hari setelah berlalunya badai atau tidak seberapa jauh dari pusat badai itu sendiri. Pecahnya gelombang disini mempunyai bentuk cembung ke belakang tetapi puncak gelombang melengkung ke depan berbentuk cekung ke arah muka. Proses tertumpahnya gelombang jenis ini ke bawah disertai dengan tenaga yang sangat besar,walaupun mereka kemungkinan tampaknya kurang dasyat jika dibandingkan dengan spilling breakers. Tenaga yang dihamburkan mereka meliputi daerah yang kecil dan jenis gelombang ini mampu menimbulkan kehancuran yang hebat (Bambang, 2011).                                                                                         
Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah pantai. Beberapa di antaranya akan kembali lagi ke laut, mengalir sebagai sebuah arus yang ada dibawah permukaan. Air juga diangkut sebagai sebuah arus yang sejajar dengan pantai. Air yang demikian ini akan diteruskan sampai mereka bertemu dengan daerah yang dibatasi oleh aliran-aliran yang dikenal sebagai rip-currents, yang mengalir kembali ke lautan melalui daerah yang bergelombang besar. Daerah yang aliran airnya paling cepat di sebuah rip-currents kemungkinan bisa mencapai kecepatan sampai 1  di dasar laut (Supangat, 2003).                                                                                                                Gelombang laut timbul sebagai akibat adanya gangguan dari luar terhadap suatu perairan (angin, gerakan kapal, gempa bumi). Dari tempat gangguan, gelombang merambat secara mendatar di permukaan air ke segala arah. Bentuk gelombang sebenarnya sangat kompleks, namun dalam usaha mempelajarinya banyak diadakan anggapan-anggapan. Gelombang laut sering dianggap sebagai penjumlahannya/super posisi beberapa gelombang sederhana (Suardi. 2010).                     Walaupun gelombang itu nampaknya merambat, massa air sendiri dapat dikatakan tidak berpindah. Kalau sebuah penumpang ditempatkan di permukaan air yang dilewati gelombang , akan terlihat pelampung hanya bergerak pada daerah yang sangat terbatas. Pelampung menunjukkan gerak melingkar pada bidang vertical dengan arah perambatan gelombang. Dalam satu periode gelombang pelampung melakukan satu gerakan orbit. Partikel air yang berada di bawah permukaan juga melakukan gerakan orbit dengan orbit lebih kecil. Gelombang panjang dan gelombang pendek. Dilihat dari perbandingan antara panjang gelombang dan kedalaman perairan, gelombang perairan dapat dibedakan antara gelombang Perairan dangkal dan gelombang dalam (Pond, S dan G.L Pickard. 1983)
Gelombang perairan dangkal bila panjang gelombang jauh lebih besar daripada kedalaman  perairan umumnya :
                                    h/L  <  l/20      h = kedalaman perairan
Gelombang yang merambat disebut gelombang perairan dangkal (shallow water wave) atau gelombang panjang ( long wave). Gelombang yang datang mendekati pantai/ daerah dangkal, kecepatan dan panjang gelombang mengecil, sedang evelasi dan keterjalannya bertambah. Pada daerah dimana tinggi gelombang sama dengan kedalaman perairan, gelombang pecah/collaps. Keterjalanan gelombang, kemiringan dasar, dan angin adalah factor-faktor penting dalam mempelajari sifatnya gelombang. Gelombang besar yang ditimbulkan oleh tenaga yang tiba-tiba dilepaskan oleh gempa bumi atau gunung meletus dinamakan tsunamis, yang kadang-kadang mengakibatkan kerusakan yang hebat. Gelombang jenis ini mempunyai panjang gelombang yang sangat panjang mencapai sampai 200 kilometer, periodenya mencapai sampai 20 menit, tinggi 0,5 meter dan mempunyai kecepatan sampai 800 kilometer setiap jam (Nontji,Anugerah, 2002).
Tinggi gelombang meningkat secara dramatis bila mereka mencapai daerah pantai yang membuat kekuatan merusak mereka menjadi sangat menakutkan . pada tahun 1883, tsunamis yang ditimbulkan oleh ledakan Gunung Krakatau yang terletak di Pulau Krakatau antara Pulau Jawa dan Sumatera mempunyai tinggi gelombang 40 meter dan menyapu masuk sampai ke pedalaman pulau Jawa sejauh 10 mil. Dalam peristiwa ini diperkirakan telah meminta korban sejumlah 36000 penduduk yang meninggal (Gross,M.G, 1990).
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Gelombang yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan pasang-surut (pasut). Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Pada perencanaan teknis bidang teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang diperhitungkan karena akan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai (Bambang, 2011).
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Amati gerak pelampung di dalam gambar animasi gelombang di atas. Perhatikan bahwa sebenarnya pelampung bergerak dalam suatu lingkaran (orbital) ketika gelombang bergerak naik dan turun. Partikel air berada dalam satu tempat, bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu gerakan kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula. Gerakan ini memberi gambaran suatu bentuk gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah ke pola yang sama, naik turun di suatu lingkaran yang lambat, yang dibawa oleh pergerakan air (Nontji,Anugerah, 2002).
Di bawah permukaan, gerakan berputar gelombang itu semakin mengecil. Ada gerak orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga kemudian di dasar hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar dari sisi ke sisi yang disebut “surge” Pada kondisi sesungguhnya di alam, pergerakan orbital di perairan dangkal (shallow water) dekat dengan kawasan pantai dapat dilihat pada gambar animasi dibawah ini. Pada gambar animasi ini, dapatlah kita bayangkan bagaimana energi gelombang mampu mempengaruhi kondisi pantai. Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar (Bambang, 2011).
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya. Yaitu:
  • Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
  • Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut (Nontji,Anugerah, 2002).
Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain. Secara ekologi, gelombang merupakan faktor yang penting dalam zona intertidal. Pada lapisan yang lebih dalam, pengaruhnya dirasakan pada seluruh daerah sampai kedasar laut. Sedangkan laut lepas, gelombang mempengaruhi aerasi dan masuknya cahaya di permukaan serta proses pencampuran ke kedalaman menengah. Sayangnya, gerakan gelombang sulit ditentukan atau diukur sebagai factor ekologi. Pada laut dalam, tinggi dan periode gelombang adalah fungsi dan kecepatan dari angin yang membuatnya, dari lamanya angin bertiup dan perolehan atau jarak dimana angin bertiup. Gelombang laut pada umumnya terbentuk karena adanya tekanan udara pada permukaan air laut, disamping itu dapat juga disebabkan oleh terjadinya gempa di dasar laut. Faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya gelombang adalah kecepatan dan lamanya angin bertiup. Gelombang ini merambat ke segala arah dan membawa energi yang kemudian dilepaskan ke pantai yang biasa disebut dengan ombak (Bambang, 2011).
Ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan besar dalam pembentukan pantai. Ombak dapat dibagi menjadi dua jenis yakni ombak terjun dan ombak landai. Ombak terjun kadangkala terlihat di pantai yang dasar lautnya terjal/curam, ombak semacam ini berbentuk gulungan air yang tinggi lalu jatuh dengan hempasan hebat disertai bunyi gemuruh. Sedangkan ombak landai terbentuk di pantai yang dasar lautnya landai, sewaktu ombak mengarah ke pantai, pada bagian depannya terdapat buih. Gelombang Tsunami, gelombang tsunami digambarkan sebagai gelombang yang menjalar sedangkan gelombang laut biasa adalah gelombang naik-turun biasa,.Gelombang laut tidak akan bergerak kesamping seperti gelombang tsunami. Sehingga daya rusak gelombang tsunami akan maksimum pada pinggir pantai. Di laut gelombang tsunami tidak akan dirasakan oleh kapal laut. Gelombang dipengaruhi oleh banyak faktor :
  1. Angin :
Ø  Kecepatan angin
Ø  Panjang/jarak hembusan angina
Ø  Waktu (lamanya) hembusan angina
  1. Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
  2. Gempa (apabila terjadi tsunami) - sangat kecil/minor.
Gelombang laut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer. Kondisi angin in tentusaja salah satu-nya cuaca yaitu kondisi sesaat dari atmosfer meliputi : suhu, tekanan (angin), uap air (awan) dan hujan (Wibowo, 2010).
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 12 Desember 2011 pukul 13.30 WIB. Bertempat diruang laboratorium Oseanografi, jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. kertas milimeter blok
2. Alat mengukur gelombang
3. penggaris
4. pensil
5. penghapus
6. pena
3.3. Cara Kerja
 
DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2011. Arus Air Laut. Www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011 pukul 16.11 WIB.

Gross,M.G.1990.Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.25 WIB.

Hutabarat dan Evan. 1984. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Nontji,Anugerah.2002. Laut Nusantara. Jakarata : Djambatan

Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography. Second edition. Pergamon Press. New York.

Suardi. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Arus. Www.crayonpedia.com. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.48 WIB.

Supangat. 2003. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati: Jakarta.

Wibowo. 2010. Arus Laut. Www.oseanografi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011pukul 16.25 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar