Pages

Selasa, 17 Desember 2013

Ekotoksikologi

a) point source pollution adalah sumber polutan hanya berasal dari 1 titik. b) non point source pollution adalah sumber polutan berasal dari banyak titik c) Leaching adalah suatu metode yang tepat untuk memisahkan padatan campuran yang terkontak dengan pelarut cair d) runoff adalah suatu aliran yang mengalir diatas permukaan menuju sungai danau atau lau yang disebabkan curah hujan. e) pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu f) solubility adalah kesetimbangan kelarutan g) persistent adalah cenderung bertahan karena memiliki kualitas yg baik h) hydrophobic adalah sifat tidak mudah larut di dalam air i) lipophilic adalah sifat yg dpt larut dalam lemak. j) Bioakumulasi adalah penimbunan (akumulasi) suatu substansi atau senyawa dalam jaringan makhluk hidup. k) biomagnefikasi adalah peningkatan konsentrasi substansi atau senyawa dalam jaringan makhluk hidup, l) biokonsentrasi adalah kondisi peningkatan konsentrasi polutan di lingkungan. m) drydeposition adalah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. n) Wet deposition adalah Partikel-partikel pencemar yang ada di udara ikut luruh bersamaan dengan turunnya air hujan, o) PCBs adalah adalah suatu senyawa suatu senyawa organoklorin yang mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang persisten p) PBBs adalah 2. Terdapat empat jalur utama bagi pestisida untuk mencapai perairan: terbang ke area di luar yang disemprotkan, melalui perkolasi menuju ke dalam tanah, dibawa oleh aliran air permukaan, atau ditumpahkan secara sengaja maupun tidak.[13] Pestisida juga bergerak di perairan bersama dengan erosi tanah.[14] Faktor yang mempengaruhi kemampuan pestisida dalam mengkontaminasi perairan mencakup tingkat kelarutan, jarak pengaplikasian pestisida dari badan air, cuaca, jenis tanah, keberadaan tanaman di sekitar, dan metode yang digunakan dalam mengaplikasikannya.[15] Fraksi halus sedimen penyusun dasar perairan juga berperan dalam persebaran pestisida DDT dan turunannya.[1 3. Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik.[7]Insekstisida organik mengandung unsur karbon sedangkan insektisida anorganik tidak.[7] Insektisida organik umumnya bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida hayati. Insektisida Sintetik[sunting | sunting sumber] Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa golongan besar:[7] Senyawa Organofosfat[sunting | sunting sumber] Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan fosfat.[7] Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan Malathion.[7] Senyawa Organoklorin[sunting | sunting sumber] Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan klorin.[7] Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini mashi tetap aktif hingga bertahun-tahun.[7] Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.[7] Karbamat[sunting | sunting sumber] Insektisida golongan karbamat diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang.[7] Namun, insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering dipakai adalah bendiokarbamat.[7] Pirethrin/ Pirethroid Sintetik[sunting | sunting sumber] Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil.[7]Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk insektisida ini adalah Permethrin.[7] Pengatur Tumbuh Serangga[sunting | sunting sumber] Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan dalam siklus pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal.[7] Beberapa contoh produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.[7] Fumigan[sunting | sunting sumber] Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga.[7] Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat toksisitasnya yang tinggi.[7] Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br), Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.[7] Insektisida Hayati[sunting | sunting sumber] Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga. 4. Bahan pencemar senyawa organoklorin jenis DDT DDT (1,1,1- Tricloro-2,2-bis(clhorophenil)etane) merupakan insektisida sintetis khususnya dibidang pertanian. Sifatnya yang sangat berbahaya di lingkungan dan tahan lama di alam, maka senyawa ini di larang penggunaaannya. Disamping itu sifat - sifat fisika dan kimia seperti daya larut yang rendah dalam air menyebabkan senyawa DDT mudah terikat dalam sedimen dasar dan terakumulasi dalam jaringan organisme. 5. PCBs yang masuk ke lingkungan adalah dalam bentuk gabungan komponen individu chlorinated biphenyl, yang dikenal sebagai congener-congener artinya sama dengan tidak murni. Telah terbukti bahwa diantara spesies-spesies uji, organisme-organisme airlah yang menunjukkan kapasitasnya di dalam mengakumulasi bahan polutan organic. 6. Sumber Logam Berat di Laut Sumber logam berat di laut dapat dibagi 2, yaitu sumber yang bersifat alami dan buatan. Logam berat yang masuk ke laut secara alami berasal dari 3 sumber, yaitu : 1. Masukan dari daerah pantai (coastal supply), yang berasal dari sungai dan hasil abrasi pantai oleh aktivitas gelombang ; 2. Masukan dari laut dalam (deep sea supply), meliputi logam-logam yang dibebaskan aktivitas gunung berapi di laut dalam dan logam-logam yang dibebaskan dari partikelatau sedimen oleh proses kimiawi ; 3. Masukan dari lingkungan dekat daratan pantai, termasuk logam-logam yang ditransportasi ikan dari atmosfer sebagai partikel-partikel debu. Sedangkan sumber-sumber buatan adalah logam-logam yang dibebaskan oleh proses-proses industri logam dan batu-batuan. Pengaruh Logam Berat Terhadap Ekosistem Laut • Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut akan mengalami proses-proses seperti pengendapan, adsorpsi dan absorpsi oleh organisme-organisme perairan. • Prosi (1979) menyatakan bahwa pemindahan logam berat kedalam organisme dapat dipengaruhi pula oleh kebiasaan organisme dalam cara memakan makanannya (feeding habit), sebagai berikut: - Phytophagus (misal : Gastropoda, Crustacea) - Filter feeding (misal : Zooplankton, barnacle, dan bivalva) - Sediment feeding (misal: Polychaeta dan oligochaeta) - Detritus feeding (misal : gastropoda, isopoda, dan amphipoda) - Carnivorous (misal : Zooplakton, Polychaeta, gastropoda, Crustacea, larva serangga air tawar dan ikan) • Sedangkan pengaruh logam berat terhadap organisme-organisme tersebut atas dasar daya racunnya dibagi menjadi 2 yaitu : (1) yang bersifat lethal atau mematikan à LC50 (median lethal concentration), dan (2) yang bersifat sublethal. Pengaruh sublethal dibedakan atas 3 macam yaitu : a. menghambat pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi b. menyebabkan terjadinya perubahan morfologi c. merubah tingkah laku organisme. 7. Dampak Perncemaran Timbal (Pb) Timbal (Pb) adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain, terutama seng dan tembaga. Timbal merupakan logam yang amat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain dan bila berakumulasi dalam tanah akan tersimpan relatif lama. Karena itu apabila timbal yang terlepas ke lingkungan akan menjadi ancaman bagi makhluk hidup (Sunu, 2001). Timbal digunakan pada bensin untuk kendaraan, cat dan pestisida. Sampai dengan tahun 2000, bensin menggunakan timbal masih digunakan di Indonesia, sementara di negara-negara yang peduli lingkungan sudah melarang penggunaan bensin yang mengandung timbal. Timbal juga digunakan untuk produk-produk logam seperti : amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa, solder, dan sebagainya. Pencemaran timbal dapat terjadi di udara maupun tanah. Timbal dapat tersimpan dalam tulang dan dapat mempengaruhi kesehatan secara menyeluruh selama masa ketegangan (stres), kehamilan, penderita osteoporosis (tulang keropos). Dampak utama pencemaran timbal dalam dosis yang banyak dapat berpotensi mengganggu kesehatan, antara lain : - Kelambanan dalam pengembangan neurologis saraf dan fisik pada anak ; - Keguguran kandungan, dan kerusakan sistem reproduksi pria ; - Penyakit saraf, perubahan daya pikir dan perilaku ; - Tekanan darah tinggi, dan anemia. Dampak Pencemaran Kadmium (Cd) Kadmium (Cd) sebagai unsur alami dalam tanah merupakan logam lunak yang berwarna keperakan dan bersifat tidak pecah atau terurai menjadi bagian-bagian yang kurang beracun. Kadmium pada kadar rendahpun masih beracun, karena kemampuannya berkumpul dalam tanah (Sunu, 2001). Sebagian besar limbah kadmium dalam air diakibatkan oleh kegiatan proses penyepuhan secara elektrolisis. Sedangkan sumber pencemaran kadmium di udara sebagian besar karena adanya kegiatan industri yang menggunakan seng. Dampak lainnya dari menghirup maupun memakan / meminum unsur kadmium dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa : (1) gangguan pernafasan, (2) gangguan pada ginjal dan hati. Menurut Wittman (1979) dalam Supriharyono (2002), Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan atau tertelan bersama makanan. Hampir semua organ tubuh dapat mengabsorbsi kadmium, dan konsentrasi yang paling tinggi biasanya terjadi di dalam hati dan ginjal. Racun kadmium menimbulkan penyakit sebagai berikut : kehamilan, lactasi, ketidakseimbangan dalam internal sekresi, penuaan, kekurangan kalsium, indra penciuman, mulut kering, kerusakan sumsum tulang, paru-paru basah, dan lain lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar